
Narasi Kehidupan – Kisah Nabi Zakaria merupakan salah satu kisah penuh makna dalam Al-Qur’an yang menggambarkan keteguhan iman, kesabaran. Serta keikhlasan dalam menerima takdir Allah SWT. Nabi Zakaria adalah salah satu dari dua puluh lima nabi yang wajib diketahui oleh umat Islam. Namun, perjalanan hidup beliau menjadi istimewa karena cobaan besar yang harus dihadapi di usia senja tidak kunjung dikaruniai keturunan bersama istrinya.
Meskipun usia telah lanjut dan kondisi istrinya tidak memungkinkan untuk mengandung, Nabi Zakaria tidak pernah berhenti berdoa dan berharap kepada Allah SWT. Beliau meyakini bahwa tidak ada yang mustahil bagi kekuasaan Allah. Kesabaran dan keteguhan beliau dalam berdoa menjadi teladan bagi umat manusia untuk tidak berputus asa dalam menghadapi ujian hidup, seberat apa pun bentuknya.
Nabi Zakaria dikenal sebagai sosok hamba Allah yang memiliki kesabaran luar biasa. Selama bertahun-tahun, beliau dan istrinya hidup dalam ketaatan namun belum juga memperoleh keturunan. Di masa itu, keturunan dianggap penting bukan hanya sebagai penerus keluarga, tetapi juga untuk menjaga risalah dan mengajarkan nilai-nilai agama kepada generasi berikutnya.
Dalam doanya yang penuh ketulusan, Nabi Zakaria memohon kepada Allah bukan karena keinginan duniawi, melainkan agar ada penerus yang dapat melanjutkan dakwah dan kebaikan di tengah umat Bani Israil. Doa beliau diabadikan dalam Surat Maryam ayat 4, di mana beliau berkata bahwa tubuhnya telah lemah dan rambutnya memutih, namun hatinya tidak pernah kecewa dalam berdoa kepada Tuhannya. Ayat ini menunjukkan keyakinan yang tak tergoyahkan kepada kekuasaan Allah meskipun logika manusia mungkin tidak lagi melihat harapan.
Kesabaran Nabi Zakaria menjadi pelajaran besar tentang arti sejati tawakal. Beliau tidak pernah mempertanyakan keputusan Allah, melainkan terus menjalankan ibadah dan dakwah dengan penuh semangat, bahkan ketika ujian terasa berat.
Baca Juga : Arsitektur Tumpang Sari Masjid Jawa: Fungsi dan Filosofi Harmoni
Doa Nabi Zakaria memiliki keunikan tersendiri. Para ulama menyebutkan bahwa beliau sering berdoa di waktu malam, ketika semua murid dan pengikutnya telah terlelap. Dalam kesunyian, beliau berbisik lembut kepada Allah SWT, menunjukkan kedekatan spiritual yang mendalam. Doa yang lirih itu bukanlah tanda keraguan, tetapi bentuk penghormatan dan rasa cinta yang mendalam kepada Sang Pencipta.
Al-Qur’an menggambarkan hal ini dalam Surat Maryam ayat 3, yang menyebutkan bahwa Nabi Zakaria berdoa dengan suara yang lembut. Menurut ulama tafsir seperti Qatadah, kelembutan suara itu menandakan ketakwaan dan keikhlasan. Allah tidak memerlukan suara keras untuk mendengar permohonan hamba-Nya, karena Dia Maha Mengetahui isi hati setiap makhluk.
Selain kelembutan, doa Nabi Zakaria juga dipenuhi dengan pengakuan akan kelemahan diri. Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa beliau memohon dengan penuh kerendahan hati, tidak menuntut atau memaksa, melainkan menyerahkan seluruh keputusan kepada kehendak Allah. Inilah bentuk doa yang paling dicintai oleh Allah—penuh kejujuran, rasa syukur, dan kesadaran akan kebesaran-Nya.
Kesabaran dan keikhlasan Nabi Zakaria akhirnya berbuah manis. Allah SWT mengabulkan doanya dengan memberikan kabar gembira melalui Malaikat Jibril saat beliau sedang beribadah di mihrab. Malaikat menyampaikan bahwa beliau akan memiliki seorang anak laki-laki bernama Yahya, yang kelak menjadi nabi yang suci, bijaksana, dan penuh kasih.
Kabar itu membuat Nabi Zakaria terkejut, karena secara manusiawi hal tersebut tampak mustahil. Namun Allah menjawab dalam Surat Ali Imran ayat 40 bahwa Dialah yang berkuasa atas segala sesuatu dan dapat menciptakan kehidupan dari yang mustahil sekalipun. Hal ini menjadi bukti nyata bahwa tidak ada batas bagi kekuasaan Allah SWT.
Beberapa waktu kemudian, istri Nabi Zakaria benar-benar mengandung, dan lahirlah Nabi Yahya. Nama Yahya yang berarti “hidup” menggambarkan anugerah kehidupan baru yang diberikan Allah setelah masa penantian yang panjang. Kelahiran ini bukan hanya kebahagiaan pribadi bagi Nabi Zakaria, tetapi juga mukjizat yang memperkuat iman umat bahwa Allah Maha Berkehendak atas segala sesuatu.
Kisah Nabi Zakaria menyimpan banyak pelajaran bagi setiap orang yang beriman. Pertama, kesabaran adalah kunci utama dalam menghadapi ujian hidup. Nabi Zakaria tidak pernah mengeluh atau merasa iri melihat orang lain yang memiliki anak, meskipun beliau sendiri belum dikaruniai keturunan dalam waktu lama. Kesabarannya menjadi teladan bahwa setiap doa memiliki waktu terbaik untuk dikabulkan.
Kedua, konsistensi dalam ibadah dan dakwah juga menjadi poin penting dari kisah ini. Nabi Zakaria tetap menjalankan tanggung jawabnya sebagai guru dan pemimpin rohani tanpa terganggu oleh masalah pribadinya. Hal ini mengajarkan bahwa ujian tidak seharusnya membuat seseorang lalai dari kewajiban berbuat baik dan menebar manfaat.
Ketiga, tawakal yang sempurna kepada Allah menjadi kunci dari ketenangan hati. Nabi Zakaria menunjukkan bahwa setelah berdoa dan berusaha, seseorang harus menyerahkan hasilnya sepenuhnya kepada Allah. Tawakal bukan berarti pasrah tanpa tindakan, tetapi menerima segala ketetapan dengan hati yang ikhlas dan yakin bahwa rencana Allah selalu yang terbaik.
Kisah Nabi Zakaria dan kelahiran Nabi Yahya adalah pengingat abadi bahwa kesabaran, doa, dan keikhlasan tidak pernah sia-sia. Allah mendengar setiap bisikan hati yang tulus dan akan memberikan jawaban di waktu yang paling tepat, bahkan ketika harapan seolah telah sirna.
Simak Juga : Manfaat Push Up untuk Kekuatan dan Menjaga Kesehatan Tubuh