Narasi Kehidupan – Beberapa waktu lalu, publik Indonesia dihebohkan dengan beredarnya sebuah video yang menampilkan potongan pernyataan Pasha Ungu. Video itu dikaitkan dengan kabar bahwa ia memilih mengundurkan diri dari DPR RI karena tidak ingin “makan uang haram”. Narasi dalam video tersebut begitu kuat, hingga banyak orang percaya bahwa Pasha benar-benar mundur dari jabatannya.
Namun, setelah ditelusuri lebih jauh, video tersebut ternyata tidak memiliki dasar fakta yang jelas. Radar Solo dan sejumlah media nasional mengonfirmasi bahwa berita tentang pengunduran diri itu tidak pernah dirilis secara resmi. Artinya, kabar tersebut hanyalah manipulasi informasi yang sengaja dibuat untuk menarik perhatian masyarakat.
Istilah hoaks digunakan ketika sebuah berita terbukti tidak memiliki bukti kuat atau sengaja dibuat untuk menyesatkan. Dalam kasus Pasha Ungu, klaim bahwa ia mundur dari DPR tidak pernah dikonfirmasi oleh dirinya maupun oleh partai tempatnya bernaung.
Beberapa alasan yang membuat isu ini jelas hoaks antara lain:
Dengan bukti tersebut, publik perlu lebih berhati-hati agar tidak terjebak pada informasi yang sengaja disusun untuk menimbulkan sensasi.
Baca Juga : Membangun Kepercayaan Diri melalui Komunikasi yang Efektif
Hoaks ini cepat menyebar karena memanfaatkan kondisi psikologis dan sosial masyarakat. Banyak orang memang sedang skeptis terhadap lembaga legislatif, sehingga kabar heroik seperti ini mudah dipercaya.
Ada beberapa faktor utama yang membuat isu ini cepat viral:
Kombinasi faktor tersebut membuat sebuah konten hoaks memiliki daya ledak yang besar, terutama bila menyentuh isu politik dan moralitas.
Radar Solo dan sejumlah media arus utama mengambil peran penting dalam meluruskan informasi. Mereka melakukan pengecekan langsung, baik dari sisi dokumen resmi maupun pernyataan dari pihak berwenang. Tanpa adanya klarifikasi seperti ini, publik akan terus terjebak dalam kabar yang tidak benar.
Beberapa langkah yang dilakukan media untuk mengklarifikasi antara lain:
Langkah-langkah tersebut penting karena media berperan sebagai penjaga kebenaran di tengah banjirnya informasi digital.
Simak Juga : Koma Sejak Tahun 2022, Begini Kabar Putri Bajrakitiyabha Pewaris Takhta Raja Thailand
Dari fenomena ini, ada beberapa pelajaran berharga yang bisa diambil publik dalam menghadapi arus informasi digital. Masyarakat perlu lebih selektif dalam mempercayai sebuah kabar, apalagi jika menyangkut figur publik dan isu politik yang sensitif.
Hal-hal yang bisa menjadi pegangan antara lain:
Dengan menerapkan prinsip tersebut, masyarakat bisa lebih bijak dan tidak mudah diperdaya oleh konten hoaks yang kerap bermunculan.