Narasi Kehidupan – Sejak tahun 2019, Lyna Windiarti menekuni usaha kerajinan kain perca yang kemudian dikenal dengan nama Double Eight Craft. Perjalanan ini bukan sesuatu yang instan, melainkan melalui proses panjang dan penuh pembelajaran. Awalnya, Lyna hanyalah seorang penjahit pakaian wanita. Dari aktivitas menjahit itu, ia mendapati banyak sisa kain yang kerap terbuang begitu saja. Alih-alih membiarkannya tidak berguna, Lyna memiliki ide untuk menyulap potongan kain perca tersebut menjadi sesuatu yang bernilai.
Dengan kreativitas dan ketekunan, ia mulai memanfaatkan kain perca untuk membuat produk dekorasi rumah. Berbagai barang seperti sarung bantal, taplak meja, bed cover, hingga cover sofa berhasil ia hasilkan. Dari sinilah cikal bakal lahirnya usaha kerajinan kain perca yang kini semakin dikenal luas. Keputusan untuk tidak membuang sisa kain, melainkan mengolahnya kembali, menjadi titik balik perjalanan bisnis Lyna.
Agar produk kreasinya dapat dikenal, Lyna mulai menawarkan hasil karyanya melalui jaringan pertemanan. Langkah sederhana ini ternyata mendapat sambutan positif. Dari mulut ke mulut, produk kerajinannya mulai mendapat perhatian lebih luas. Usahanya semakin berkembang setelah mendapat dukungan dari Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah.
Binaan dari pemerintah daerah memberi jalan baru bagi Lyna untuk meningkatkan kualitas usahanya. Ia tidak hanya dibantu dalam pemasaran, tetapi juga diberi kesempatan mengikuti berbagai pelatihan. Dari sinilah, bisnis yang awalnya hanya berbasis pertemanan berkembang menjadi usaha yang mampu bersaing di pasar nasional, bahkan internasional.
Baca Juga : Kebiasaan Miliarder yang Bisa Ditiru dalam Meraih Kesuksesan
Peran pelatihan yang difasilitasi pemerintah provinsi sangat besar dalam perjalanan Double Eight Craft. Lyna berkesempatan mengikuti berbagai kegiatan yang membuka wawasan baru baginya. Beberapa di antaranya adalah:
Selain itu, ia juga menerima bantuan dana hibah untuk mengelola media sosial, khususnya Instagram. Sebelumnya akun dagang yang ia kelola masih terbilang sederhana. Namun setelah mendapat pendampingan, tampilannya menjadi lebih rapi, menarik, dan mampu menggaet banyak pengikut baru.
Berkat pembinaan dan kegigihan dalam berinovasi, Double Eight Craft akhirnya berhasil menembus pasar lebih luas. Produk-produk Lyna tidak hanya laku di Jawa Tengah, tetapi juga tersebar hingga Sumatera dan Kalimantan. Puncak pencapaiannya adalah ketika salah satu produknya berhasil menembus pasar mancanegara dengan adanya pesanan dari Belanda.
Keberhasilan ini menunjukkan bahwa kerajinan kain perca tidak kalah bersaing dengan produk tekstil lain. Justru, sentuhan kreativitas dan nilai keberlanjutan dari bahan sisa membuat produk Double Eight Craft memiliki daya tarik tersendiri. Lyna pun semakin yakin bahwa usahanya dapat berkembang lebih besar lagi.
Perjalanan Lyna tidak bisa dilepaskan dari dukungan pemerintah daerah, khususnya Gubernur Jawa Tengah saat itu, Ganjar Pranowo. Menurut Lyna, perhatian Ganjar terhadap UMKM sangat besar. Ia selalu hadir dalam pameran, menyediakan wadah seperti Lapak Ganjar, dan mendukung penuh kegiatan pelaku usaha kecil.
Ganjar juga mendorong pemerintah daerah untuk menjadi pembeli produk UMKM lokal. Dengan adanya aturan yang mewajibkan 40 persen APBD digunakan untuk pengembangan UMKM, peluang pelaku usaha kecil untuk berkembang semakin terbuka. Tidak hanya itu, Ganjar menggandeng Bank Jateng untuk menyalurkan bantuan dana sebesar Rp1 miliar bagi masing-masing kabupaten/kota di Jawa Tengah.
Selain bantuan dana, pendampingan menjadi faktor penting dalam pengembangan UMKM. Para pelaku usaha didorong untuk masuk ke e-katalog agar bisa menjual produknya menggunakan anggaran pemerintah. Untuk mempermudah proses tersebut, Provinsi Jawa Tengah menghadirkan aplikasi Blangkon sebagai wadah bagi pelaku UMKM menjajakan produknya.
Langkah ini diharapkan bisa ditiru daerah lain agar UMKM semakin memiliki ruang untuk berkembang. Dengan dukungan aplikasi digital, para pengusaha kecil dapat lebih mudah mengakses pasar yang lebih luas tanpa terkendala birokrasi yang rumit.
Bagi Lyna, kesuksesan usahanya bukan hanya tentang keuntungan pribadi. Ia memiliki cita-cita agar Double Eight Craft bisa membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar. Produk yang dihasilkan pun bervariasi, mulai dari harga Rp75 ribu hingga Rp3,5 juta, sehingga dapat menjangkau berbagai kalangan konsumen.
Dengan semangat dan dukungan yang terus mengalir, Lyna optimistis usahanya akan terus bertumbuh. Perjalanan dari sisa kain perca yang sederhana hingga menembus pasar internasional menjadi bukti bahwa kerja keras, kreativitas, serta dukungan ekosistem yang baik mampu melahirkan kisah sukses nyata.
Simak Juga : Eks Presiden Brasil Bolsonaro Divonis 27 Tahun karena Kudeta