Narasi Kehidupan – Kabar duka menyelimuti dunia hiburan tanah air setelah kepergian komedian Mpok Alpa pada 15 Agustus 2025. Sang suami, Aji Darmaji, mengaku masih sulit menerima kenyataan bahwa belahan jiwanya telah tiada. Kehilangan tersebut meninggalkan ruang kosong dalam keseharian yang sebelumnya selalu dipenuhi canda, perhatian, dan bahkan omelan kecil istrinya.
Dalam setiap pernyataannya, Aji Darmaji tak hanya mengungkap kesedihan, tetapi juga kenangan indah yang terus membekas di hatinya. Rasa rindu yang mendalam membuat setiap aktivitas harian kini terasa berbeda, seolah ada bagian penting yang hilang dan tak tergantikan.
Sejak wafatnya Mpok Alpa, rutinitas rumah tangga yang biasanya berjalan penuh keceriaan kini berubah menjadi sunyi. Aji Darmaji mengaku sangat merindukan kebersamaan sederhana yang dulu kerap ia anggap biasa saja, seperti saat makan bersama atau sekadar mendengar panggilan istrinya.
Kenangan itu kini menjadi pengingat betapa besar peran istrinya dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan hal kecil seperti masakan yang selalu tersedia, atau suara yang memanggilnya untuk makan, meninggalkan kesan mendalam yang sulit terhapus dari ingatan.
Lebih dari itu, Aji juga merasa kehilangan omelan sang istri yang justru dulu sering ia anggap remeh. Omelan sederhana mengenai kebiasaan menaruh barang sembarangan kini menjadi sesuatu yang dirindukan. Baginya, hal-hal kecil tersebut justru menjadi bukti nyata perhatian yang tulus dari seorang istri.
Tidak mudah bagi Aji Darmaji untuk menghadapi setiap kenangan yang tersisa di rumah. Foto-foto mendiang istrinya yang dulu menjadi hiasan dinding kini harus ia singkirkan karena rasa kehilangan yang terlalu kuat. Bahkan, ibunya sempat bertanya mengapa foto-foto tersebut dicopot, dan pertanyaan sederhana itu membuat dirinya tak kuasa menahan tangis.
Setiap kali melihat anak-anak yang juga masih sering menangis merindukan sang ibu, Aji merasakan beban emosional yang semakin berat. Rasa haru itu semakin terasa ketika semua anggota keluarga masih berjuang untuk menerima kenyataan, meskipun mereka berusaha menutupi kesedihan di hadapan satu sama lain.
Baca Juga : Move On dari Kegagalan: Bukan Soal Kuat, Melainkan Kemauan
Selain foto, Aji juga belum berani menyentuh barang-barang peninggalan istrinya. Ia memilih menutupinya dengan kardus agar tidak terlihat. Menurutnya, menghadapi benda-benda yang memiliki kenangan emosional tersebut masih terlalu berat untuk saat ini.
Meski begitu, Aji yakin suatu saat ia akan memiliki kekuatan untuk menerima dan berdamai dengan keadaan. Ia percaya bahwa waktu akan membantu dirinya dan anak-anak untuk kembali tegar. Namun, saat ini ia memilih menahan diri demi menjaga kondisi emosinya agar tetap stabil.
Hal-hal yang membuat Aji sulit menghadapi peninggalan istrinya antara lain:
Kehilangan orang yang dicintai tentu membawa dampak psikologis yang besar. Aji Darmaji mengaku kesulitan tidur dan bahkan hanya mampu memejamkan mata sekitar satu jam setiap malam. Bayangan almarhumah selalu muncul dan membuatnya terbangun dengan perasaan hampa.
Selain itu, nafsu makannya pun menurun drastis. Kondisi ini semakin berat karena anak-anaknya juga mengalami hal serupa. Sebagai kepala keluarga, Aji berusaha keras untuk tetap tegar agar bisa menjadi sandaran bagi anak-anaknya. Ia menyadari bahwa jika ia larut dalam kesedihan, maka keluarganya akan semakin rapuh.
Meskipun duka begitu mendalam, Aji Darmaji terus menegaskan kepada dirinya sendiri bahwa ia harus kuat. Kehilangan memang tidak mudah dihadapi, tetapi ia menyadari masih ada tanggung jawab besar yang harus ia jalani sebagai seorang ayah. Anak-anaknya membutuhkan figur yang tegar agar tidak larut dalam kesedihan berkepanjangan.
Dengan tekad tersebut, Aji berharap bisa melewati masa-masa sulit dan perlahan membangun kembali semangat hidupnya. Kenangan bersama Mpok Alpa akan selalu ia simpan sebagai bagian dari perjalanan hidup, tetapi ia ingin memastikan bahwa dirinya dan anak-anak bisa melanjutkan kehidupan dengan penuh harapan.
Langkah yang berusaha ia jalani untuk tetap kuat, antara lain:
Kepergian Mpok Alpa tidak hanya meninggalkan duka bagi dunia hiburan, tetapi juga bagi keluarganya yang kini harus belajar menjalani hidup tanpa dirinya. Aji Darmaji, dengan segala kerentanan yang ia rasakan, tetap berusaha untuk tegar demi anak-anak yang masih membutuhkan kasih sayang seorang ayah.
Kisahnya menjadi pengingat bahwa kehilangan orang tercinta adalah proses yang sangat manusiawi, penuh air mata, tetapi juga sarat dengan kekuatan untuk bangkit kembali. Meski rasa rindu tidak akan pernah hilang, cinta dan kenangan akan terus hidup di hati mereka yang ditinggalkan.
Simak Juga : Mengembangkan Kreativitas Anak: Lebih dari Sekadar Bakat