Narasi Kehidupan – Dalam perjalanan hidup, umat Islam kerap dihadapkan pada sikap orang zalim dan kemunafikan dari orang-orang di sekitar. Situasi ini tentu bisa menimbulkan tekanan batin, ketidaknyamanan, bahkan rasa tidak berdaya. Karena itulah, doa menjadi jalan utama bagi seorang Muslim untuk bersandar kepada Allah SWT, sekaligus memohon perlindungan dari keburukan tersebut.
Doa bukan hanya sekadar lantunan kata, tetapi juga cerminan penyerahan diri seorang hamba kepada Sang Pencipta. Dengan doa, seorang Muslim meyakini bahwa setiap kejahatan pada akhirnya akan kembali kepada pelakunya. Oleh sebab itu, doa terhadap orang zalim dan munafik memiliki nilai sebagai bentuk perlawanan spiritual yang mendalam.
Al-Qur’an mencatat doa Nabi Musa ketika berhadapan dengan kaum yang menindas. Doa singkat namun penuh makna ini berbunyi:
رَبِّ نَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
Rabbi najjini minal qaumidhalimin
Artinya: “Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim.”
Doa tersebut menunjukkan sikap pasrah Nabi Musa saat berada dalam tekanan besar. Meski menghadapi kekuatan musuh yang besar, beliau tidak mengandalkan kekuatan fisik semata, tetapi memilih untuk bersandar penuh kepada Allah. Hal ini memberi pelajaran berharga bahwa setiap Muslim perlu menjadikan doa sebagai senjata pertama dalam menghadapi kezaliman.
Buya Hamka dalam tafsir al-Azhar juga menegaskan bahwa sifat zalim dapat merusak tatanan masyarakat, bukan hanya melukai individu. Maka, doa perlindungan seperti ini bukan sekadar bacaan, tetapi juga perisai moral yang mampu menenangkan hati di tengah kerasnya kehidupan.
Baca Juga : Perjalanan Inspiratif Yuli Lubis Dalam Membangun Netaly
Kemunafikan termasuk penyakit hati yang berbahaya karena sering kali disertai tipu daya dan fitnah. Al-Qur’an memberi tuntunan melalui doa yang terdapat dalam surah At-Tahrim ayat 11:
رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِّلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ وَنَجِّنَا بِرَحْمَتِكَ مِنَ الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
Rabbanaa laa taj‘alnaa fitnatal lil-qaumid dzaalimiin wa najjinaa birahmatika minal-qaumil kaafiriin
Artinya: “Ya Allah Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi orang zalim, dan selamatkanlah kami dengan rahmat-Mu dari tipu daya orang kafir.”
Doa ini sangat relevan ketika seseorang terjebak dalam situasi penuh tuduhan palsu, kebohongan, atau pengkhianatan. Ulama menganjurkan agar ayat ini diamalkan secara rutin, terutama saat menghadapi fitnah yang dapat merusak nama baik dan keimanan.
Kitab Mukhtarul Ahadis bahkan menyebutkan bahwa doa orang yang terzalimi tidak memiliki penghalang di sisi Allah. Ini berarti seorang Muslim yang dizalimi berada pada posisi yang sangat kuat secara spiritual, sehingga doa perlindungan dari fitnah memiliki bobot yang luar biasa.
Selain doa khusus dari kisah para nabi, umat Islam juga mengenal doa umum yang kerap dibaca dalam kondisi sulit:
حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
Hasbunallah wa ni‘mal wakiil
Artinya: “Cukuplah Allah menjadi penolong kami, dan Allah adalah sebaik-baik pelindung.”
Doa ini memiliki kekuatan luar biasa untuk menenangkan hati. Saat seorang Muslim merasa tertekan atau menghadapi orang-orang yang berniat buruk, doa ini menjadi pengingat bahwa segala urusan berada di bawah kendali Allah. Keyakinan ini menghadirkan ketenteraman yang tidak bisa diperoleh dari kekuatan duniawi.
Kajian akademis juga menyoroti doa ini sebagai simbol perlawanan spiritual. Jurnal Fikroh menegaskan bahwa kezaliman dalam Al-Qur’an erat kaitannya dengan pelanggaran hak asasi manusia. Sedangkan dalam kajian tafsir lain, doa dianggap sebagai jalan memperoleh keteguhan hati sekaligus perlindungan dari kerusakan sosial akibat sifat zalim dan munafik.
Kekuatan doa tidak hanya terletak pada lafaznya, melainkan juga pada keikhlasan hati ketika memanjatkannya. Ulama berpendapat bahwa doa yang dipanjatkan dengan kesungguhan dapat menjadi pagar yang melindungi dari keburukan orang lain. Bahkan, doa mampu mengubah takdir dalam batas tertentu, selama Allah menghendaki.
Sejarah para nabi membuktikan hal ini. Nabi Musa, Nabi Nuh, hingga Nabi Muhammad SAW menjadikan doa sebagai senjata utama ketika menghadapi lawan yang kejam. Rasulullah pun berpesan agar umatnya senantiasa berdoa ketika berhadapan dengan pengkhianatan atau tipu daya. Kemunafikan, yang berakar dari penyakit hati, dapat dihancurkan melalui kekuatan doa dan keimanan yang kokoh.
Oleh sebab itu, doa tidak boleh dipandang sebagai formalitas belaka. Ia adalah perisai spiritual yang dapat mendatangkan perlindungan nyata sekaligus memberi keteguhan iman bagi setiap Muslim. Dengan doa, orang yang teraniaya dapat menemukan ketenangan, meskipun berada dalam tekanan besar.
Doa untuk melawan kezaliman dan kemunafikan sering disebut sebagai jihad batin. Pasalnya, doa tidak hanya melindungi diri, tetapi juga menjadi bentuk perlawanan terhadap segala kebatilan. Seorang Muslim yang tekun berdoa yakin bahwa kezaliman tidak akan bertahan lama, dan Allah selalu bersama orang-orang yang sabar.
Dengan doa, umat Islam diajarkan untuk tidak terjebak dalam balas dendam, melainkan menyerahkan urusan keadilan sepenuhnya kepada Allah SWT. Keyakinan ini menjadikan doa sebagai jalan utama untuk meraih ketenangan sekaligus menjaga iman tetap teguh.
Simak Juga : Wisata Batam Perkuat Hubungan Johor Lewat Program Turis