Narasi Kehidupan – Pendidikan Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan, mulai dari ketimpangan kualitas antarwilayah. Keterbatasan sumber daya guru, hingga biaya sekolah yang sulit dijangkau masyarakat luas. Di tengah kondisi tersebut, kurikulum internasional seperti Cambridge ditawarkan sebagai salah satu solusi untuk memperbaiki mutu pembelajaran. Hal ini sekaligus menyiapkan generasi yang lebih siap menghadapi masa depan.
Kurikulum Cambridge menekankan pada pencapaian hasil belajar yang nyata pada diri siswa. Fokus utamanya bukan sekadar jumlah sekolah atau peserta didik, tetapi bagaimana siswa mampu menerapkan ilmu yang mereka dapatkan di kehidupan sehari-hari. Hal ini ditegaskan oleh Dianindah Apriyani, Cambridge Senior Country Manager Indonesia, yang menyampaikan bahwa keberhasilan pendidikan tidak hanya diukur dari nilai ujian, melainkan dari keterampilan hidup, sikap positif, serta kontribusi nyata bagi masyarakat.
Baca Juga : Semangat Memberdayakan Seniman Indonesia di Art & Bali 2025
Salah satu tantangan besar dalam implementasi kurikulum internasional adalah keterbatasan di lapangan. Bahasa menjadi kendala utama, karena tidak semua guru terbiasa mengajar menggunakan bahasa asing. Menurut Dianindah, permasalahannya bukan hanya sekadar menerjemahkan materi, melainkan bagaimana guru mampu memaksimalkan potensi setiap siswa dengan pendekatan Cambridge.
Meski demikian, fleksibilitas kurikulum ini memungkinkan penerapannya dalam berbagai kondisi, termasuk di wilayah terpencil. Contoh yang menarik datang dari Lesotho di Afrika, di mana sebuah sekolah darurat berkembang menjadi sekolah Cambridge. Di Indonesia sendiri, hal serupa dapat ditemui di sekolah kontainer di Aceh maupun sekolah kecil di Sorowako, Sulawesi Selatan.
Kurikulum Cambridge memberikan bekal keterampilan yang relevan dengan kebutuhan masa kini, seperti komunikasi, kolaborasi, logika berpikir, hingga kepercayaan diri. Seperti yang disampaikan Andrew Paterson, Chief Operating Officer SIS Group of Schools, kemampuan tersebut akan selalu dibutuhkan oleh siswa untuk menghadapi tantangan dunia kerja maupun kehidupan sosial di masa depan.
Dalam praktiknya, penerapan kurikulum Cambridge di Indonesia masih menghadapi sejumlah hambatan. Beberapa tantangan utama yang perlu diperhatikan antara lain:
Walaupun demikian, pengalaman dari berbagai sekolah menunjukkan bahwa kendala tersebut bisa diatasi secara bertahap dengan dukungan pelatihan, kerja sama institusi, serta komitmen sekolah dalam mengadopsi standar internasional.
Banyak masyarakat masih menganggap kurikulum Cambridge identik dengan biaya tinggi karena sering diterapkan di sekolah internasional. Namun, Singapore Intercultural School (SIS) berupaya mematahkan persepsi itu dengan konsep affordable excellence.
Menurut Jaspal Sidhu, pendiri SIS, mereka berhasil menekan biaya pendidikan melalui model Half-Fees dan program pelatihan guru EFFECTOR. Pendekatan ini memungkinkan sekolah di kota kecil sekalipun untuk menerapkan kurikulum Cambridge dengan kualitas tetap terjaga.
Selain itu, strategi pengembangan guru juga menjadi perhatian utama. Jika sebelumnya guru di daerah harus mengeluarkan biaya lebih besar untuk mengikuti pelatihan di kota besar, kini tersedia opsi pelatihan online. Dengan cara ini, semua guru memiliki kesempatan yang sama untuk meningkatkan kompetensi tanpa terbebani biaya transportasi dan akomodasi.
Salah satu keunggulan Cambridge adalah penyediaan sumber belajar yang dapat diakses secara gratis. Sekolah tidak harus langsung menjadi bagian dari Cambridge School untuk memulai, karena silabus dan materi dasar sudah tersedia di situs resmi mereka. Hal ini memungkinkan sekolah-sekolah di Indonesia, termasuk madrasah negeri maupun swasta, untuk memperkaya pembelajaran dengan standar internasional.
Antusiasme adopsi kurikulum Cambridge di madrasah menunjukkan bahwa pendekatan ini dapat diterima dengan baik. Kementerian Agama juga menyambut positif langkah tersebut, karena dinilai mampu meningkatkan kualitas pendidikan nasional tanpa menghilangkan identitas lokal.
Andrew Paterson menekankan pentingnya tanggung jawab sosial dari pendidikan internasional. Menurutnya, kesempatan untuk mengenyam pendidikan berstandar global harus diikuti dengan kontribusi nyata bagi bangsa di masa depan.
Dengan berbagai langkah tersebut, Cambridge bersama SIS menunjukkan arah baru bagi pendidikan Indonesia: akses yang lebih luas, kualitas yang tetap terjaga, serta biaya yang lebih terjangkau bagi masyarakat.
Simak Juga : Kecantikan Sejati: Menghormati Tubuh dan Menerima Penuaan