Narasi Kehidupan – Mike Bloomberg, yang kini dikenal sebagai miliarder, pengusaha sukses, politisi berpengaruh, dan filantropis kelas dunia, tidak selalu berada di posisi puncak. Jauh sebelum namanya melekat dengan perusahaan media dan data global, Bloomberg pernah mengalami kegagalan besar dalam kariernya. Pada tahun 1981, ia diberhentikan dari jabatannya sebagai partner di bank investasi ternama, Salomon Brothers.
Mike Bloomberg telah mengabdi selama 15 tahun di perusahaan itu. Ia memulai dari posisi rendah dengan gaji sekitar USD 9.000 per tahun dan perlahan naik hingga mencapai kursi partner. Namun, ketika Salomon Brothers diakuisisi oleh Phibro Corporation, Bloomberg termasuk dalam daftar karyawan yang terkena pemutusan hubungan kerja. Saat itu, ia menganggap perusahaan tersebut sebagai tempat berkarier seumur hidupnya.
Pemecatan ini jelas menjadi pukulan berat. Namun, bukannya larut dalam kesedihan, Bloomberg justru menjadikan peristiwa itu sebagai titik balik. Ia menyadari bahwa setiap kegagalan dapat membuka jalan baru menuju peluang yang lebih besar. Bahkan, ia kemudian mengakui bahwa tanpa pengalaman pahit tersebut, mungkin ia tidak akan pernah mendirikan perusahaan yang mengubah wajah dunia keuangan dan media.
Baca Juga : Bacaan Sholawat Sebelum Doa Agar Cepat Dikabulkan Allah SWT
Sehari setelah meninggalkan Salomon Brothers, Bloomberg mengambil langkah berani. Ia mendirikan perusahaan bernama Innovative Market Solutions yang kemudian berkembang menjadi Bloomberg LLC. Modal awalnya berasal dari pesangon sebesar USD 10 juta yang ia terima setelah dipecat. Dengan dana itu, ia membangun sistem yang kini dikenal luas: Bloomberg Terminal.
Produk ini menjadi terobosan besar dalam dunia keuangan karena menyediakan data pasar secara real-time dan akurat. Bersama tiga rekannya, Thomas Secunda, Duncan MacMillan, dan Charles Zegar, Bloomberg memperluas bisnisnya hingga melahirkan Bloomberg News, yang kini menjadi salah satu lembaga media paling berpengaruh di dunia.
Kini, di usianya yang ke-83 tahun, Bloomberg masih memegang sekitar 88% saham perusahaan. Menurut data Forbes, kepemilikan ini menghasilkan pendapatan tahunan hampir USD 15 miliar. Kekayaan pribadinya sendiri diperkirakan mencapai USD 109 miliar, menempatkannya dalam jajaran miliarder paling kaya di dunia.
Pengalaman pahit dipecat dari Salomon Brothers tidak menghancurkan hidup Bloomberg. Justru, ia menjadikan momen itu sebagai pelajaran berharga yang membentuk cara pandangnya tentang bisnis, kepemimpinan, dan kehidupan. Beberapa pelajaran yang ia bagikan antara lain:
Bloomberg sering menekankan bahwa kegagalan adalah bagian alami dari perjalanan hidup. Ia mengaku sempat merasakan sakit hati ketika dipecat, mengingat ia telah mengabdi selama 15 tahun di Salomon Brothers. Namun, ia memilih untuk tidak terus menoleh ke belakang.
Menurutnya, masa lalu tidak bisa diubah. Terjebak dalam penyesalan hanya akan membuang waktu. Bloomberg percaya bahwa kegagalan justru menunjukkan bahwa seseorang berani mengambil risiko besar. Jika tidak pernah gagal, berarti target yang ditetapkan terlalu kecil. Prinsip inilah yang ia pegang hingga kini: hidup terlalu singkat untuk hanya bermain aman.
Selain sukses dalam bisnis, Bloomberg juga memberikan kontribusi besar dalam dunia politik dan filantropi. Ia pernah menjabat sebagai Wali Kota New York ke-108, serta melalui Bloomberg Philanthropies, ia mendukung berbagai inisiatif global mulai dari kesehatan, pendidikan, hingga perubahan iklim.
Pengalaman pemecatan yang dulu dianggap sebagai kemunduran kini menjadi fondasi dari semua keberhasilan tersebut. Bloomberg membuktikan bahwa kegagalan tidak harus menjadi akhir perjalanan, melainkan justru bisa menjadi awal dari sebuah pencapaian besar yang membawa manfaat tidak hanya bagi dirinya, tetapi juga bagi jutaan orang di seluruh dunia.
Simak Juga : Litchfield National Park: Surga Air Terjun di Jantung Australia Utara