Narasi Kehidupan – Art & Bali 2025 resmi digelar selama tiga hari, yakni Jumat hingga Minggu, 12–14 September 2025. Di ruang Labyrinth Convention Center yang terletak di kawasan Nuanu, Pererenan, Bali. Ajang ini menandai debut pameran seni berskala internasional yang dirancang untuk menampilkan karya-karya seniman Indonesia kepada audiens global.
Tercatat sebanyak 17 galeri berpartisipasi setelah melalui proses kurasi internal yang ketat. Pameran ini tidak hanya menjadi ruang ekspresi artistik. Akan tetapi juga langkah strategis dalam memperkenalkan potensi seni lokal Indonesia yang selama ini dinilai belum memperoleh sorotan memadai di panggung dunia.
Lev Kroll, CEO Nuanu Creative City, menegaskan bahwa penyelenggaraan Art & Bali 2025 merupakan upaya untuk menghadirkan seniman Indonesia. Khususnya Bali, ke hadapan komunitas internasional. Menurutnya, kehadiran ajang seperti ini penting karena selama ini banyak seniman tanah air yang belum mendapatkan pengakuan global.
Kroll menekankan bahwa Nuanu berfungsi sebagai kanvas besar tempat seniman dapat berkreasi. Dengan perspektif yang beragam, para seniman mampu memberikan tanggapan konstruktif terhadap isu-isu sosial, politik, maupun lingkungan. Selain itu, Nuanu juga membuka diri untuk mendukung komunitas seni yang mengalami keterbatasan dana melalui program sosial yang mereka jalankan.
Art & Bali 2025 mengangkat tema “Bridging Dichotomy” yang memiliki makna menjembatani antara seni tradisional dan seni modern yang berakar pada teknologi. Direktur Art & Bali, Kelsang Dolma, menjelaskan bahwa tema tersebut dipilih untuk menunjukkan bahwa tradisi. Serta modernitas bukanlah sesuatu yang harus dipertentangkan, melainkan dapat berjalan berdampingan.
Bagi Kelsang, masa depan seni justru bermula dari pemahaman terhadap asal-usulnya. Dengan begitu, Art & Bali berfungsi sebagai ruang pertemuan dua dunia—tradisi dan modernitas—yang menghadirkan dimensi baru dalam pemaknaan karya seni. Konsep ini diharapkan mampu menciptakan pengalaman berbeda bagi para pengunjung yang hadir.
Baca Juga : Doa Minta Kekuatan Lahir Batin Arab dan Latin Secara Lengkap
Selama tujuh bulan, tim kurator bekerja intensif untuk memilih galeri yang akan tampil. Dari seluruh peserta, sekitar 70 persen berasal dari Indonesia, terutama Bali, sedangkan sisanya datang dari Yogyakarta dan sejumlah negara lain seperti Singapura, Jepang, serta Korea Selatan.
Kelsang menambahkan bahwa tidak ada batasan usia dalam proses kurasi. Hal ini bertujuan agar akses pengunjung semakin inklusif dan menjangkau segmen muda. Dengan memadukan galeri lama yang sudah berpengalaman dengan galeri baru yang penuh inovasi, Art & Bali menciptakan dinamika yang kaya.
Beberapa contoh galeri yang ikut serta adalah Santrian Art Gallery yang sudah berdiri lebih dari dua dekade dengan dominasi karya fine art, serta Art Agenda yang relatif baru dengan fokus pada seni kontemporer dan memiliki ruang pamer di Singapura serta Jakarta. Perpaduan ini memperlihatkan bahwa masa depan seni kontemporer Indonesia akan terus berkembang tanpa melupakan akar tradisi.
Selain pameran utama, Art & Bali 2025 juga menghadirkan pameran terkurasi yang diawali dengan Terra Nexus. Pameran ini dikuratori oleh Mona Liem dan menampilkan lebih dari 30 seniman dari dalam maupun luar negeri. Sebagian besar karya berupa instalasi imersif, namun tetap tersedia ruang untuk seni rupa konvensional agar pengunjung memperoleh pengalaman yang lebih beragam.
Sejalan dengan komitmen Nuanu terhadap prinsip keberlanjutan, pameran ini juga mengedepankan penggunaan material ramah lingkungan. Alih-alih menggunakan kayu lapis dan gypsum yang biasanya dibuang setelah acara berakhir, mereka memilih bahan yang lebih tahan lama seperti besi galvanis dan papan MDF. Material tersebut dapat digunakan kembali hingga 10 tahun, sehingga mengurangi limbah pameran.
Selain material, penggunaan energi ramah lingkungan juga menjadi prioritas. Nuanu telah memanfaatkan panel surya sebagai sumber energi, mendukung konsep acara yang tidak hanya merayakan seni, tetapi juga menjaga keberlangsungan alam. Praktik ini menunjukkan bahwa seni dan keberlanjutan bisa berjalan beriringan dalam satu wadah.
Meski tetap memberikan ruang transaksi antara seniman, galeri, dan kolektor, Art & Bali 2025 menempatkan perayaan seni sebagai tujuan utama. Pameran ini dirancang agar para pelaku seni, pengamat, serta pengunjung dari berbagai latar belakang dapat merasakan atmosfer yang berbeda dari pameran seni komersial pada umumnya.
Dengan pondasi ini, penyelenggara berharap Art & Bali dapat menjadi acara tahunan yang konsisten menghadirkan inovasi, mendukung seniman lokal, dan memperkuat posisi Bali sebagai pusat seni internasional. Pada akhirnya, keberadaan Art & Bali diharapkan bukan hanya sekadar pameran, melainkan juga medium pemberdayaan bagi para seniman Indonesia untuk menapaki panggung dunia.
Simak Juga : Lifehack Gen Z: Produktif Tanpa Ribet di Era Digital